Penembakan terhadap Mako Tabuni (Wakil ketua/Ketua I KNPB) pada hari kamis, 14 Juni
di sekitar wilayah perumnas 3 Waena memicu kemarahan massa pendukung KNPB
(Komite Nasional Papua Barat).
Massa menyerang warga di perumnas 3 sehingga
dikabarkan 1 orang meninggal dunia dan 4 orang luka-luka. Massa juga membakar puluhan
sepeda motor dan 4 mobil. 5 ruko juga ikut dibakar.
Humas Polda
Papua menyatakan bahwa penangkapan Mako Tabuni yang berakhir dengan penembakan
ini sudah sesuai dengan prosedur. Penangkapan Mako Tabuni ini berkaitan dengan
sejumlah aksi penembakan yang terjadi selama 3 minggu belakangan di Jayapura.
Hal ini juga dikuatkan dengan ditemukannya enam peluru di saku celamna Mako Tabuni,
serta 16 butir peluru kaliber 38 di tas nya
Suasana di
distrik Waena sampai hari ini, 16 Juni 2012 masih terasa mencekam. Selama saya
3 tahun tinggal di Jayapura, saya mengalami berbagai kerusuhan dan kekacauan di Jayapura. Tapi, kerusuhan tgl 14 Juni 2012 dan imbasnya sampai saat ini merupakan
kekacauan yang paling mencekam buat saya.
By the way, berita
kerusuhan Papua kali ini cukup banyak menjadi perhatian media nasional. Namun
di MetroTV, salah satu media nasional, dalam acaranya pada tgl 15 Juni 2012 dan
juga 16 Juni 2012 di acara Metro pagi, menyimpulkan akar masalah kerusuhan ini
dengan “tidak tepat”. Dikatakan bahwa akar pertama kerusuhan yang terjadi di
berbagai daerah di Papua adalah ketidakselarasan pemahaman antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah mengenai integrasi Indonesia. Menurut saya ini
“misleading”.
Sejauh yang
saya pahami, tidak ada ketidaksepahaman mengenai integrasi antara pemerintah
pusat dan daerah. Ketidaksepahaman masalah integrasi ini adalah antara
pemerintah Indonesia dan sebagian rakyat Papua, yang kemudian membentuk
berbagai organisasi seperti OPM (Organisasi papua Merdeka), dan KNPB (Komite
Nasional Papua Barat). Ketidaksepahaman antara pemerintah Pusat dan daerah
seringkali adalah masalah penterjemahan aplikasi Otonomi khusus, seperti kasus
apakah boleh calon Gubernur atau wakil Gubernur bukan dari orang Asli Papua.
Debat ini juga diwarnai dengan pemahaman siapa sebenarnya yang disebut “Asli
Papua”.
Seharusnya media
nasional lebih teliti sebelum menyimpulkan sesuatu. Apalgi ini terkait kerusuhan.
Karena efeknya bisa menimbulkan kekacauan yang lain..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar